Konten [Tampil]
Apakah akan ada kepastian untuk Sang Guru Honorer? |
Apakah akan ada kepastian untuk Sang Guru Honorer : Demonstrasi terdengar Riuh ramai Senin (25/7/2022) di halaman depan Gedung Sate, Kota bandung .
Setelah menahan dari beribu pilu yang menghampiri, kini [Guru] PAHLAWAN TANPA TANDA JASA mulai bersuara. Bukan menuntut untuk di puja dan namanya diagungkan, mereka kini hanya meminta janji-janjinya akan ditepati.
Apakah akan ada kepastian untuk Sang Guru Honorer?
KUNINGAN EU ORG : Kurnia (52) adalah salah satu pahlawan tanpa tanda jasa [GURU] mengajar di SMK 3 Muhammadiyah Kuningan yang ikut demonstrasi di Gedung Sate Bandung itu. Aksi tersebut dilancarkan oleh Forum GLPGPPPK (Guru Lulus Passing Grade Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) Jawa Barat yang menuntut kepastian tentang nasib kedepannya.
Kurnia (52) merupakan satu peserta dari 3.729 guru yang lulus tes PPPK yang nasibnya masih digantungkan belum ada kepastian jelas . Ia telah menunggu setahun mengenai tetang kepastian nasibnya sebagai seorang GLPG.
"Kurang lebih satu tahun saya menunggu tenang kepastian ini. Saya sudah tes di tahun 2021, dan sampai sekarang masih di-PHP-in. Saya pub juga masih mengajar di sekolah yang lama," ucap Kurnia yang mengajar di SMK 3 Muhammadiyah Kuningan Jawa Barat.
Mengikuti PPPK Demi Memperbaiki Nasib
Tujuan Kurnia (52) dapat mengikuti PPPK adalah untuk memperbaiki nasibnya dengan sebagai guru honorer. Namun, bukannya bisa mendapatkan perbaikan nasib, ia malah mendapatkan ketidakpastian yang belum jelas akan Keputusan.
"Untuk mengubah nasib, dari yang gaji kecil hingga guru honorer supaya dapat ada peningkatan dan supaya dapat status kepegawaiannya lebih, jelas," dengan Kurnia yang mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Kurnia [Ia] mengaku pendapatannya sebagai guru honorer berkisar hanya Rp700-800/bulan. Upah tersebut yang ia dapatkan dari 30 jam kerja setiap minggunya dengan dihitung Rp25.000/Jam.
Untuk menambah penghasilannya , Kurnia [Ia] memiliki usaha kecil sampingan dengan membuka warung di rumah. Ia mengaku dari usaha sampingan warung di rumah tersebut ia mendapatkan kisaran Rp500 ribu/bulannya.
Dengan upah yang tersebut, Kurnia (52) tetap menikmati apa pekerjannya sebagai guru. Ia juga mengaku terhibur ketika mengajar siswa yang umurnya terpaut jauh darinya.
"Sambil hiburan aja lah, gaul dengan anak-anak. Biarpun saya sudah tua, kalau dengan anak-anak rasanya terhibur gitu," jelas Kurnia (52) Guru yang mengajar SMK 3 Muhammadiyah Kuningan Jawa Barat.
Anak Meneruskan Pekerjaan Mulia Sebagai Guru
Kurnia memiliki 2 anak yang sama-sama meneruskan di bidang dan kemuliaanya sebagai guru. Anak [1] Kurnia menjadi guru honorer di SMKN 1 Kuningan Jawa Barat. Sementara anaknya yang [2] masih menempuh pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia [UPI].
Meskipun berkarier di Dalam bidang yang sama, Kurnia sangat berharap anaknya bisa mendapatkan nasib lebih baik.
"Ibaratnya tuh kan kalau bapaknya seperti ini yang menjadi honorer puluhan tahun, anaknya semoga memiliki nasib lain," harapan Kurnia.
Dan Kini, masa bakti Kurnia (52) sebagai guru hanya sekitar 8 tahun lagi sebelum menuju pensiun. Di dalam waktu yang singkat ini, Kurnia hanya berharap dapat segera mendapatkan kepastian mengenai nasibnya sebagai GLPGPPPK (Guru Lulus Passing Grade Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) .
Bukan cuma hanya untuk memperbaiki nasib, [Ia] Kurnia berharap pemerintah setempat dapat menepati janji-janjinya kepada para [Guru] PAHLAWAN TANPA TANDA JASA.
Di Kutip Dari : Detik Jabar
Rewritten : Kaum Rebahan
Article Submission : DISINI